Friday, May 12, 2017

Eropa, Aku Datang 3 : Berangkat!

(Sebelumnya.

Pagi-pagi tanggal 1 April, hari Sabtu, aku bangun sedikit limbung. Koper sudah rapi, tas ransel penuh dengan satu jaket hangat, alat mandi dan satu stel baju tipis. Tas cangklong lengkap dengan dompet, paspor, tiket, kamera, HP, dan beberapa pernak-pernik. Semua sudah siap, tapi aku grogi, kututupi dengan memberi intruksi ini itu ke Albert, Bernard dan bapak mereka. Siang Mas Hen mengantar aku ke bandara Raden Intan Lampung, usai itu aku akan sendiri dalam perjalanan ini.

Garuda terbang dalam cuaca cerah, tanpa turbulence (aku ingat penerbangan Jakarta - Manila sebulan lalu yang full turbulensi membuat aku agak kapok membayangkan terbang), syukurlah. Di Soekarno Hatta aku mesti pindah ke terminal 2, untuk penerbangan selanjutnya dengan Qatar Airways. Aku punya waktu yang cukup longgar sehingga bisa santai menunggu koper, mencari shuttle bus. Bahkan aku masih punya waktu untuk merapikan diri di kamar mandi dengan santai, dan mencari makan dengan tenang. Penerbangan ke Doha pada pukul 18.30, waktu yang terlalu lama untuk menunggu. Huaaa...

Urusan check in, imigrasi, semua okey. Lancar. Suasana asing sudah menyergapku sejak aku check in. Di sekelilingku penuh orang-orang dengan berbagai bahasa. Dan rasa asing itu menguat saat aku masuk ke badan pesawat Boeing 777-300, dengan formasi tempat duduk 3 - 3 - 3. Aku kebagian kursi dekat lorong, mudah kalau mau ke toilet atau sekedar berdiri meluruskan badan. Pelayanan yang ramah membuatku cukup nyaman. Sesekali pramugari bertanya apakah aku ok, membutuhkan sesuatu dan sebagainya. Makanan, yachhh, aku tak pernah suka makanan pesawat apa pun, tapi okey banget. Penerbangan sekitar 8 jam Jakarta - Doha, dengan dua kali makan dan boleh minta minum kapan pun.
Transit di Doha. The big airport. 

Di sebelah tempat dudukku ada seorang lelaki muda, katanya anak pesantren yang akan sekolah di Yaman. Hmmm... Hebat. "Itu tempat sekolahnya guru para guru, bu. Doakan aku." Hmmm. Okey. Good luck, nak.

Di seberangku ada perempuan Italy yang kemudian kuketahui bernama Mikela, seseorang dari Kedutaan Besar Italy untuk Indonesia. Perempuan ini menjadi teman perjalananku selama transit di Doha, dan kami terpisah setelah masuk pesawat berikutnya dari Doha ke Rome. Perempuan ramah yang baik hati. Berharap suatu saat nanti bertemu dia lagi.

Aku bisa tidur dengan enak di penerbangan lanjutan menuju Roma, kurang lebih 6,5 jam terbang. Tidak minat makan dan minum. Tidak juga kepingin ke toilet atau berdiri.

Sampai di Roma pada 2 April pagi, mulanya menemui udara yang cukup dingin saat keluar dari pesawat, tapi karena antrean di imigrasi begitu panjang dan padat, rasanya jadi sangat sangat sangat panas. Wellcome to Rome, in spring, primavera! Sempurna.

Rm. Indro sudah berjanji akan menjemputku di bandara. Tapi aku tidak bisa mendapatkan akses WA dan telpon sehingga tak bisa menghubunginya. Aku percaya saja bahwa dia akan menjemputku. Aku bisa buka FB dan menghubungi Mas Hen untuk ngabari aku baik dan sudah sampai. Usai menemukan koper, aku keluar bandara sambil celingak-celinguk. Where are you, Indro Pandego? Huh. Aku masih nunggu sekitar 10 menit di meeting point kedatangan terminal 3 bandara Fiumicino Rome sampai senyum yang kukenali itu datang. "Maaffff, aku telat bangun." Beberapa tahun tidak bertemu laki-laki ini dia tampak sehat dan segar. Nah. Tentu saja dimaafkan. (Kisah selanjutnya.)

No comments:

Post a Comment